usaha berhasil

SELAMAT DATANG DI BLOK Q semoga blog saya bermanfaat bagi anda yang membukanya
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 27 Maret 2012


TAUKID (التَّوْكِيْد)
Taukid adalah pelengkap atau penguat lafadz yang di ikutinya dan berfungsi untuk menghindari salah sangka. Taukid harus mengikuti mu’akkad nya (lafadz yang ditaukidi) dalam hal I’robnya dan ma’rifatnya, tidak dalam hal nakiroh, sebab lafadz-lafadz yang ditaukidi semuanya adalah ma’rifat. Taukid ada dua, yaitu :
1.    Taukid lafdzi (توكيد لفظى)
Adalah taukid dengan cara mengulang lafadznya kalimah yang di taukidi dengan lafadz itu sendiri atau dengan lafadz lain yang memiliki arti yang sama.
Taukid lafdzi bisa berada pada isim, fi’il maupun huruf.

Contoh        :  جَاءَ عَلِىٌّ عَلِىٌّ – قاَمَ قاَمَ زَيْدٌ – جَلَسَ قَعَدَ فَرِيْدٌ – لاَلاَاَضْرِبُ

2.    Taukid ma’nawi (توكيد معنوى)
Adalah taukid yang bertujuan untuk memperkuat isim yang ditaukidi bahwa makna dari isim yang ditaukidi itu menurut lahirnya lafadz, bukan yang lain-lain.
Lafadznya taukid yang masyhur itu ada empat yaitu :  نَفْسٌ – عَيْنٌ – كُلٌّ - اَجْمَعُ
Contoh        :  قَرَأْتُ هٰذاَ اْلقُرْاٰنَ كُلَّهُ – جاَءَ فَرِيْدٌ نَفْسُهُ
Apabila yang di taukidi dengan  نَفْسٌ dan  عَيْنٌ itu berbentuk isim tasniyyah atau jama’. maka keduanya harus di jama’kan mengikuti wazan اَفْعُلُ
Contoh        :  حَضَرَ سَعِيْداَنِ اَنْفُسُهُماَ – قَعَدَ الزَّيْدُوْنَ اَنْفُسُهُمْ
BADAL (البَدْل)
Badal adalah lafadz yang mengikuti yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari lafadz sebelumnya tanpa menggunakan perantara. Badal harus mengikuti mubdal minhu /مبدل منه  dalam segi I’robnya.
Badal ada empat, yaitu :
1.    Badal kul min kul ( بدل كل من كل). Yaitu badal merupakan mubdal minhu /مبدل منه (badal dan mubdal min-hu adalah satu kesatuan yang utuh).
Contoh        :  حَضَرَ عُمَرُاُسْتاَذُكَ
2.    Badal ba’ad al min kul (بدل بعض من كل). Yaitu, badal merupakan bagian dari pada mubdal min-hu.
Contoh        :  اَكَلْتُ الرَّغِيْفَ نِصْفَهُ
3.    Badal isytimal (بدل اشتمال). Yaitu, badal termasuk sesuatu yang dikandung mubdal min-hu (yang ada dalam mubdal min-hu).
Contoh        :  نَفَعَنِى سَعِيْدٌ عِلْمُهُ
4.    Badal gholat (بدل غلط). Yaitu, badal yang berfungsi untuk meralat kesalahan lisan (salah ucap).
Contoh        :  جاَءَ زَيْدٌ الفَرَسُ




ISIM ISIM YANG DI BACA NASHOB (مَنْصُوْباَتِ اْلأَسْماَء)
No
Isim manshub
Seperti lafadz
Contoh
1
Maf’ul bih
باَباً
فَتَحْتُ باَباً
2
Masdar
قِياَماً
قاَمَ فَرِيْدٌ قِياَماً
3
Dhorof zaman
اْليَوْمَ
صُمْتُ اْليَوْمَ
4
Dhorof makan
اَماَمَ
قُمْتُ اَماَمَ اْلفَصْلِ
5
Hal
ماَشِياً
حَضَرَ فَرِيْدٌ ماَشِياً
6
Tamyiz
كِتاَباً
عِنْدِى عِشْرُوْنَ كِتاَباً
7
Istisna’
مُحَمَّداً  
قاَمَ الطُّلاَّبُ اِلاَّ مُحَمَّداً  
8
Isimnya لا yang beramal seperti إنّ
رَجُلَ
لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ
9
Munada mudlof
رَسُوْلَ
ياَ رَسُوْلَ اللهِ
10
khobarnya   كان
عاَلِمًا
كَانَ سَعِيْدٌ عاَلِمًا
11
isimnya   إنّ
اَخاَكَ
اِنَّ اَخاَكَ سَعِيْدٌ
12
Maf’ulnya ظنّ
زَيْداً عَالِماً
ظَنـَنْتُ زَيْداً عَالِماً
13
Maf’ul min ajlih
اِكْرَاماً
قاَمَ عُمَرُ اِكْرَاماً لِمُحَمَّدٍ   
14
Maf’ul ma’ah
طُلُوْعَ
اَذْهَبُ اِلى اْلمَدْرَسَةِ وَ طُلُوْعَ الشَّمْسِ
15
Tawabi’ a). Na’at
جَمِيْلَةً
رَاَيْـتُ تِلْمِيْذَةً جَمِيْلَةً
              b). Athof
فاَطِمَةَ
نَصَرْتُ عاَئِشَةَ ثُمَّ فاَطِمَةَ
              c). Taukid
نَفْسَ
اَكْرَمْتُ الفاَطِمَةَ نَفْسَهَا
              d). Badal
نِصْفَ
قَرَأْتُ اْلقُرْاٰنَ نِصْفَهُ

MAFUL BIH (المَفْعُوْل به)
Maf’ul bih (obyek) adalah isim yang dibaca nashob yang menjadi sasaran perbuatan fa’il (subyek). Maf’ul bih ada dua
1.    Isim dhohir. Contoh :  فَتَحْتُ باَباً – نَصَرَ عَلِىٌّ سَعِيْدًا
2.    Isim dlomir. Contoh :  عَلَّمَنِى خاَلِدٌ – زَيْدٌ نَصَرْتُهُ – اِيَّاكَ نَعْبُدُ
MASDAR (مَصْدَر)
Masdar atau maf’ul mutlaq yaitu isim yang dibaca nashob yang terletak pada urutan ketiga dalam tsrifnya fi’il. Masdar ada dua :
1.    Masdar lafdzi yaitu bila masdar sesuai atau serupa dengan fi’ilnya dalam segi lafadz dan maknanya.
Contoh        : قاَمَ فَرِيْدٌ قِياَماً – نَصَرْتُ عَلِيًّا نَصْرًا
2.    Masdar ma’nawi yaitu bila masdar serupa dengan fi’ilnya hanya dalam segi makna bukan lafadznya.
Contoh        :  جَلَسَ زَيْدٌ قُعُوْدًا – قُمْتُ وُقُوْفًا

Sedangkan fungsi masdar ada tiga :
1.    Menguatkan makna amilnya. Contoh            :  ضَرَبْتُ ضَرْباً
2.    Menerangkan macam amilnya. Contoh         :  ضَرَبْتُ ضَرْبَ اْلأَمِيْرِ
3.    Menerangkan bilangan makna amilnya. Contoh:  ضَرَبْتُ ضَرْبَيْنِ
DHOROF (الظَّرْف)
Dhorof ialah kalimat isim yang di baca nashob yang menunjukkan arti waktu atau tempat dengan mengira-ngirakan maknanya فِى. Dhorof ada dua, yaitu:
1.    DHOROF ZAMAN (ظرف زمان)
Dhorof zaman ialah kalimat isim yang dibaca nashob yang menunjukkan arti masa (zaman/waktu) dengan mengira-ngirakan maknanya فِى .
Contoh        : صُمْتُ اْليَوْمَ – تَعَلَّمْتُ اللَّيْلَةَ

2.    DHOROF MAKAN (ظرف مكان)
Dhorof makan ialah kalimat isim yang dibaca nashob yang menujukkan arti tempat dengan mengira-ngirakan maknanya فِى .
Contoh        :  قُمْتُ اَماَمَ اْلفَصْلِ - جَلَسْتُ خَلْفَ زَيْدٍ

HAL (الحَال)
Hal adalah isim yang dibaca nashob yang menjelaskan keadaan dan tingkah laku fa’il atau maf’ul bih ketika terjadinya suatu pekerjaan. Syarat hal ada tiga;
1.    Berupa isim nakiroh
2.    Jatuh setelah kalam ‘tam’ (sempurna)
3.    Shohibul hal berupa isim ma’rifat
Contoh :  حَضَرَ فَرِيْدٌ ماَشِياً – اَكَلْتُ الثَّمْرَةَ ناَضِجَةً
TAMYIZ (التَّمْيِيْز)
Tamyiz ialah isim nakiroh yang dibaca nashob yang menjelaskan dzat (benda) atau nisbat (jumlah) yang belum jelas. Tamyiz ada dua :
1.    Tamyiz dzat atau mufrod. Yaitu, tamyiz yang menjelaskan kesamaran dzat. Tamyiz dzat ada empat :
a.    Tamyiz ‘adad / تمييز عدد  (menjelaskan bilangan).
Contoh   : عِنْدِى عِشْرُوْنَ كِتاَباً – اِشْتَرَيْتُ اَرْبَعاً قَلَماً
b.    Tamyiz makiil (menjelaskan sesuatu yang ditakar).
Contoh   : عِنْدِى صَاعٌ اَرُزاً – بِعْتُ مَكِيْلَةً قَمْحًا 
c.    Tamyiz mauzun / تمييز موزون  (menjelaskan sesuatu yang ditimbang).
Contoh   : اِشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَجاً – بِعْتُ قِنْطاَرًا سَمْنًا
d.    Tamyiz mamsukh / تمييز ممسوح  (menjelaskan sesuatu yang diukur).
Contoh   : اِشْتَرَيْتُ هِكْتَرَيْنِ عَقاَرًا – اَمْشِى مَيْلاً مَسَافَةً

2.    Tamyiz nisbat atau jumlah. Yaitu, tamyiz yang menjelaskan kesamaran nisbat dalam jumlah. Tamyiz nisbat ada dua :
A.  Mukhawwal / محوّل (pindahan dari sesuatu/perkara lain).
Seperti :
1.    Pindahan dari maf’ul bih.
Contoh           :عَرَسْتُ اْلأَرْضَ شَجَرًا   asalnya  عَرَسْتُ شَجَرُ اْلأَرْضِ
2.    Pindahan dari fa’il.
Contoh           : تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقاً  asalnya تَصَبَّبَ عَرَقُ زَيْدٍ
3.    Pindahan dari mubtada’.
Contoh           : اَنْتَ اَعْلى مَنْزِلاً  asalnya مَنْزِلُكَ اَعْلى

B.   Tamyiz ghoiru mukhawwal (bukan pindahan).yaitu di susun sejak permulaan menjadi tamyiz bukan perpindahan dari yang lain.
Contoh   : اِمْتَلَأَ اْلإناَءُ ماَءً
AL ISTISNA’ (الإسْتِثْناَء)
Istisna’ ialah mengeluarkan atau mengecualikan sesuatu lafadz dari hukum kalam sebelumnya dengan menggunakan huruf istisna’. Adapun huruf istisna’ ada delapan. Yaitu :
اِلاَّ – غَيْرُ – سَوًى – سُوًى – سَوآءٌ – خَلاَ – عَداَ - حاَشَ
Berikut adalah unsur-unsur istisna’ :
1.    Mustasna / مستثنى. Yaitu, lafadz yang dikecualikan dari kalam yang sebelumnya(lafadz yang jatuh setelah huruf istisna).
2.    Mustasna minhu / مستثنى منه. Yaitu, lafadz yang jatuh sebelum huruf istisna
3.    Kalam tam / كلام تام. Yaitu, kalam yang menyebutkan mustasna dan mustasna minhu.
4.    Kalam naqis / كلام ناقص. Yaitu, kalam yang tidak menyebutkan mustsna minhu (hanya menyebutkan mustasna saja).
5.    Kalam mujab / كلام مجاب. Yaitu, kalam yang tidak didahului oleh nafi atau syibhu nafi (istifham dan nahi).
6.    Kalam manfi / كلام منفى. Yaitu, kalam yang didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
7.    Istisna’ muttasil / استثناء متصل. Yaitu, susunan istisna’ yang mustasnanya sejenis dengan mustasna min-hu.
8.    Istisna’ munfashil atau munqoti’ / استثناء منفصل - منقطع. Yaitu, susunan istisna’ yang mustasnanya tidak sejenis dengan mustasna min-hu.




Hukum mustasna
A. Jika mustasna jatuh setelah huruf istisna’  إلاّ
maka wajib dibaca nashob bila berada pada kalam tam mujab.
Contoh        :  حَضَرَ التَّلاَمِيْذُ اِلاَّ خَلِيْلاً – قاَمَ الطُّلاَّبُ اِلاَّ مُحَمَّداً  
Sedangkan jika berada pada kalam tam manfi, maka boleh menjadi badal dan boleh dibaca nashob menjadi mustasna.
Contoh        : ماَحَضَرَ اْلأَساَتِيْذُ اِلاَّ مُحَمَّداً / مُحَمَّدٌ – ماَ جَلَسَ اْلأَئِمَّةُ اِلاَّ عُمَرُ / بَكْرًا
Jika mustasna berada pada kalam naqis, maka mustasna di i’robi menurut amil sebelumnya.
Contoh        :  مَا قَامَ إِلاَّ زَيــْـدٌ   -   مَا ضَرَبــْتُ اِلاَّ زَيــْدًا   -   مَا مَرَرْتُ اِلاَّ ِبزَيــْدٍ
B. Mustasna yang menggunakan adat / huruf istisna’ سِوًى غَيْرُ , سُوًى  dan   سَواَءٌ itu hukumnya harus dibaca jer sebagai mudlof ileh.
Contoh        : ماَ قاَمَ غَيْرُ زَيْدٍ       tidak berdiri, kecuali zaid
                     مَاقاَمَ التَّلاَمِيْذُ سِوَى زَيْدٍ semua siswa tidak berdiri, kecuali zaid
                          قاَمَ التَّلاَمِيْذُ سُوَى زَيْدٍ           semua siswa berdiri, kecuali zaid
                          قاَمَ التَّلاَمِيْذُ سَوَاءُ زَيْدٍ           semua siswa berdiri, kecuali zaid

C. Mustasna yang menggunakan adat / huruf istisna’ خَلاَ – عَداَ dan   حاَشَا itu hukumnya ada dua, yaitu :
a.  Di baca nashob. Jika mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa tiga lafadz tersebut adalah fi’il (fa’ilnya mustatir)
     Contoh   :  جَاءَ اْلَقَوْمُ خَلاَ زَيْدًا / عَداَ زَيْدًا / حَاشَا زَيْدًا
b.  di baca jar. Jika mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa tiga lafadz tersebut adalah huruf jar.
Contoh   :  جَاءَ اْلَقَوْمُ خَلاَ زَيْدٍ / عَداَ زَيْدٍ / حَاشَا زَيْدٍ
LA (لا)
La yang di maksud di sini adalah La allati li an-nafyi al-jinsi / لا التى لنفي الجنس itu beramal sebagaimana إنَّ. Yaitu menashobkan mubtada’ menjadi isimnya dan merofa’kan khobar sebagai khobarnya.
لا bisa beramal menashobkan isim tanpa tanwin, dengan syarat :
1.    Isimnya berbentuk isim nakiroh
2.    Isimnya bertemu langsung dengan لا
3.    لا tidak diulang
Contoh        : لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ       

Jika isimnya لا berupa isim ma’rifat maka harus di baca rofa’ sebagai mubtada’. Dan لا tidak dapat beramal.
Contoh        : لَا مُحَمَّدٌ فِى اْلمَدْرَسَةِ      
      
Jika لا tidak mubasyaroh (bertemu langsung) dengan isimnya, maka isimnya wajib dibaca Rofa’ (menjadi mubtada’) dan wajib untuk mengulang لا. Di sini لا tidak dapat beramal.                              
Contoh        : لاَ فِى الدَّارِ رَجُلٌ وَلاَ اِمْرَأَةٌ          

Dan apabila لا bertemu langsung dengan isimnya, serta لا di ulang ulang. Maka لا boleh beramal dan boleh untuk di ilgho’kan (tidak beramal).
Contoh        : لاَ رَجُلٌ فِى الدَّارِ وَلاَ اِمْرَأَةٌ   ( لا tidak beramal)       
                     لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ وَلاَ اِمْرَأَةَ   ( لا beramal)




      
Isimnya لا itu ada dua macam :
1.    Mufrod (tidak berbentuk mudlof atau sibhu al mudlof[1]). Hukumnya dimabnikan sesuai harakat ketika nashob.
Contoh        :  -  لاَ رِجَالَ فِى اْلبَيْتِ - لاَ غُلاَمَ فِى اْلمَدْرَسَةِ لاَ مُتَعَاوِنَيْنِ ضُعَفآءُ   لاَ جَاهِلاَتٍ نَافِعَاتٌ لِلْوَطَنِ -
2.    Ghoirul mufrod (berbentuk mudlof atau sibhu al mudlof). Hukumnya di I’robi nashob.
Contoh        :  لاَ شَجَرَةَ تُفَّاحٍ مُثْمِرَةٌ – لاَ لاَعِبًا بِالْكُرَّةِ ضَعِيْفٌ                       
NIDA’ (النِّداَء)
Munada atau nida’ ialah panggilan dengan memakai huruf-huruf nida’. Yaitu :
ا- dan اَيْ (bila yang dipanggil dekat).
اَياَ- dan هَياَ (bila yang dipanggil jauh).
ياَ- dapat digunakan dekat maupun jauh.
واَ- untuk minta tolong atau merasakan sakit.
Munada (isim yang dipanggil) itu ada lima macam. Yaitu :
1.    Mufrod alam (isim alam yang tidak mudlof atau sibhu al mudlof)
2.    Mufrod nakiroh maksudah (isim nakiroh yang telah ditentukan)
3.    Mufrod nakiroh ghoiru maksudah (isim nakiroh yang tidak ditentukan)
4.    Mudlof (munada yang berbentuk isim mudlof, baik isim alam maupun isim nakiroh)
5.    Sibhu al mudlof (munada yang maknanya disempurnakan oleh isim yang berada di belakangnya)
Hukum munada lima macam di atas terbagi menjadi dua :
1.    Dimabnikan menurut alamat Rofa’nya dengan tanpa tanwin. Yaitu munada mufrod alam dan mufrod nakiroh maksudah.
-       mufrod alam. Contoh       :  ياَ زَيْدُ - اَياَ فَرِيْداَنِ - هَياَ فاَطِمَةُ
-       mufrod nakiroh maksudah. Contoh          : ياَ رَجُلُ – هَياَ طَالِبُوْنَ – ياَ بِنْتُ
2.    Di nashobkan. Yaitu munada mufrod nakiroh ghoiru maksudah dan munada mudlof serta munada sibhu al mudlof.
-       mufrod nakiroh ghoiru maksudah, Contoh : هَيَا رَجُلاً خُذْ بِيَدِى
-       mudlof, Contoh : ياَ اَهْلَ اْلقُبُوْرِ - ياَ رَسُوْلَ اللهِ
-       sibhu al mudlof, Contoh : ياَ فاَتِحاً االباَبَ - ياَ غاَفِلاً عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ
MAF’UL MIN AJLIH (مَفْعُوْل مِنْ أَجْلِه)
Maf’ul min ajlih ialah isim yang dibaca nashob yang disebutkan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu pekerjaan.
Contoh : قاَمَ عُمَرُ اِكْرَاماً لِمُحَمَّدٍ   (Umar berdiri untuk memulyakan muhammad)

MAF’UL MA’AH (مَفْعُوْل مَعَه)
Maf’ul ma’ah ialah isim yang dibaca nashob yang jatuh setelah wawu ma’iyyah / واو معيّة (wawu yang bermakna serta), yang disebutkan untuk menjelaskan bahwa terjadinya suatu pekerjaan adalah bersamaan dengan isim tersebut.
Contoh : اَذْهَبُ اِلى اْلمَدْرَسَةِ وَ طُلُوْعَ الشَّمْسِ (saya pergi ke sekolah bersamaan dengan terbitnya        matahri)

ISIM-ISIM YANG DIBACA JER (مَخْفُوْضاَةِ اْلأَسْماَء)
No
Isim manshub
Seperti lafadz
Contoh
1
Kemasukan huruf jer (majrur)
اْلبَيْتِ
رَجَعْتُ مِنَ اْلبَيْتِ
2
Mudlof- ilaih
حَدِيْدٍ
خاَتَمُ حَدِيْدٍ
3
Tawabi’ a). Na’at
جَمِيْلَةٍ
مَرَرْتُ بِتِلْمِيْذَةٍ جَمِيْلَةٍ
              b). Athof
فاَطِمَةِ
مَرَرْتُ بِعاَئِشَةَ ثُمَّ فاَطِمَةَ
              c). Taukid
نَفْسِ
مَرَرْتُ بِالْفاَطِمَةِ نَفْسِهَا
              d). Badal
اَخِيْ
مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ اَخِيْكَ
IDLOFAH (الإضافة)
Idlofah ialah persandaran dua kalimat isim atau lebih. Isim yang pertama disebut mudlof dan isim yang kedua disebut mudlof ilaihi.
Isim yang terletak setelah mudlof (mudlof ilaih), itu selamanya harus di baca jer. Dan idlofah itu mengandung artinya salah satu dari tiga huruf jar, yaitu :
1.    فِى    : apabila mudlof ilaih menjadi dhorof/waktunya mudlof.
  Contoh : تَرَبُّصُ اَرْبَعَةِ اَشْهُرٍ        menanti (di-dalam) empat bulan
2.    ل     : apabila mudlof ilaih menjadi pemiliknya mudlof.
  Contoh : كِتاَبُ زَيْدٍ         kitab (milik) zaid
3.    مِنْ    : apabila mudlof ilaih sejenis dengan mudlof.
  Contoh : خاَتَمُ حَدِيْدٍ        cincin (dari) besi
                                            










DAFTAR PUSTAKA
-       Abi abdillah Muhammad bin Muhammad, matan jurumiyyah, al hidayah, Surabaya
-       Sayyid ahmad zaini dahlan, syarkhu mukhtashor jiddan, al hidayah, Surabaya,
-       Abdullah ibnu al fadil al ‘asymawi, Hasyiyah al ‘asymawi, al Hidayah, Surabaya


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews