usaha berhasil

SELAMAT DATANG DI BLOK Q semoga blog saya bermanfaat bagi anda yang membukanya
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 30 Maret 2012

Anestesi

Langsung ke: navigasi, cari
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Daftar isi

Dua kelompok anestesi

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.

Tipe anestesi

Beberapa tipe anestesi adalah:
  • Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
  • Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
  • Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.

Anestesiologis dengan empat rangkaian kegiatan

Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
  • Mempertahankan jalan napas
  • Memberi napas bantu
  • Membantu kompresi jantung bila berhenti
  • Membantu peredaran darah
  • Mempertahankan kerja otak pasien.

Sejarah anestesi

Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada tahun 1275. Lullius menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada tahun 1640. Kemudian seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada tahun 1777, dan berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam menghilangkan rasa sakit.
Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta mabuk-mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari menghirup gas ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya.
Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut giginya. Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan mahasiswa kedokteran John C. Warren di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston gagal, bahkan mendapat cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas Green Morton.
Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit.
Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam praktiknya sebagaimana yang dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida kepada Charles Jackson, seorang ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard. Namun Jackson justru menyarankan eter sebagai pengganti gas nitrogen-oksida.
Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas nitrogen-oksida. Bahkan pada tahun 1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit umum Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan tertidur. Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai tanpa hambatan berarti.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia.
Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari dunia bahwa zat anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh tahun menghabiskan waktu dan uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia mengalami masalah meskipun ia telah mendaftarkan hak patennya di lembaga paten Amerika Serikat (U.S. Patent No. 4848, November 12, 1846). Ketika tahun 1847 dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang telah digunakan sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat keuntungan dari patennya. Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas penemuan tersebut.
Ketika Akademi Kedokteran Prancis menganugerahkan penghargaan Monthyon yang bernilai 5.000 frank di tahun 1846, Morton menolak untuk membaginya dengan Jackson. Ia mengklaim, penemuan tersebut adalah miliknya pribadi. Sementara itu, Wells mencoba eksperimen dengan zat lain (kloroform) sebagai bahan anestesi.
Selama bertahun-tahun Morton menghabiskan waktu dan materi untuk mengklaim patennya. Ia mulai stres dan tidak memedulikan lagi klinik giginya. Morton meninggal tanggal 15 Juli 1868 di usia 49 tahun di Rumah Sakit St. Luke's, New York. Begitu juga dengan Jackson yang meninggal dalam keadaan gila dan Wells yang meninggal secara mengenaskan dengan cara bunuh diri.(Dewi Marthaningtyas:"Terbius Memburu Paten Gas Tertawa", Cakrawala, 2005).

Penggunaan obat-obatan dalam anestesi

Dalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan (suntik, hirup, ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit (pain killer), menidurkan, dan membuat tenang (paraytic drug). Pemberian ketiga macam obat itu disebut triangulasi.
Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:

Gejala siuman (awareness)

Sering terjadi pasien ternyata dapat merasa dan sadar dari pengaruh bius akibat obat pembius yang tidak bekerja dengan efektif. Secara statistik, Dr. Peter Sebel, ahli anestesi dari Universitas Emory yang dikutip Time terbitan 3 November 1997 mengungkapkan bahwa dari 20 juta pasien yang dioperasi setiap tahunnya di Amerika Serikat, 40.000 orang mengalami gejala siuman tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, dalam pertemuan tahunan sekitar bulan Oktober 1997, Persatuan Dokter Ahli Anestesi Amerika ditawari suatu alat yang disebut Bispectral Index Monitor yang akan memberi peringatan bahwa pasien yang sedang dioperasi mengalami gejala siuman atau menjelang "bangun dari tidurnya".Penemu alat tersebut adalah Dr. Nassib Chamoun, seorang dokter ahli saraf (neurologist) asal Yordania. Dengan menggunakan prinsip kerja dari alat yang sudah ada, yaitu piranti yang disebut EEG (Electroencephalography). Alat yang ditemukan Dr. Chamoun itu mampu memonitor potensi listrik yang ditimbulkan oleh aktivitas "jaringan otak manusia".
Alat ini dapat menunjukkan derajat kondisi siuman pasien yang sedang menjalani suatu pembedahan. Angka "100" menunjukkan pasien dalam keadaan "siuman sepenuhnya". Bila jarum menunjukkan angka "60" berarti pasien dalam kondisi "siap untuk dioperasi". Angka "0" menandakan pasien mengalami "koma yang dalam".
Dengan mengamati derajat siuman dari alat ini, dokter anestesi dapat menambahkan obat pembiusan apabila diperlukan, atau memberikan dosis perawatan kepada pasien yang telah mengalami kondisi ideal untuk dilakukan operasi. Di samping itu, dokter bedah dapat dengan tenang menyelesaikan operasinya sesuai rencana yang telah ditetapkan.

Pemilihan teknik anestesi

Pemilihan teknik anestesi adalah suatu hal yang kompleks, memerlukan kesepakatan dan pengetahuan yang dalam baik antara pasien dan faktor-faktor pembedahan. Dalam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan regional ternyata lebih baik daripada pembiusan total.Blokade neuraksial bisa mengurangi risiko thrombosis vena, emboli paru, transfusi, pneumonia, tekanan pernapasan, infark miokardial dan kegagalan ginjal.

Lihat pula

Daftar pustaka

Selasa, 27 Maret 2012

 

          Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) didirikan sekitar pada tahun 1825 di dusun Gedang kelurahan Tambakberas. Oleh  KH. Abdus Salam, Bersama pengikutnya ia kemudian membangun perkampungan santri dengan mendirikan sebuah langgar (mushalla) dan tempat pondokan sementara, buat 25 orang pengikutnya. Karena itu pondok pesantren juga dikenal pondok selawe (dua puluh lima) KH. Abdus Salam adalah seorang keturunan raja Brawijaya dari Majapahit sebagaimana silsilah berikut ini Abdussalam putra Abdul Jabbar putra Ahmad putra Pangeran Sumbu putra Pangeran Benowo putra jaka Tingkir (maskarebet) putra Lembu peteng Aqilah Brawijaya.
Nama KH. Abdus Salam kemudian lebih dikenal dengan nama Shoichah atau Kyai Shoichah kemudian beliau memperistri seorang putri dari kota Demak yaitu Muslimah. Dari pernikahanya beliau dikaruniai beberapa putra dan putri yaitu diantaranya yaitu Laiyyinah, Fatimah, Abu bakar, Murfu’ah, Jama’ah, Mustaharoh, Aly ma’un, Fatawi dan Abu Sakur. KH. Abdus Salam mempunyai beberapa santri. Dari santri-santri tersebut ada dua santri yang dijodohkan dengan putrinya yaitu Laiyyinah di jodohka dengan Ustman. Dari hasil pernikahanya beliau dikaruniai seorang putri bernama Winih (nama asalinya Halimah) dan Halimah dijodohkan dengan seorang santri yaitu As’ary dari Demak cikal bakal pendiri Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan Fathimah dijodohka dengan Sa’id dari pernikahannya beliau di karuniai seorang putra yaitu Kasminah Chasbullah sebelum haji bernama Kasbi, Syafi’i sebelum haji bernama Kasdu, dan Asim sebelum haji bernama Kasmo.Setelah itu pondok nyelawe diteruskan oleh Kyai. Ustman. Dan Kyai. Sa’id mengembangkan sayap pendidikan pondok pesantren dengan mendirikan pondok pesantren disebelah barat dusun Gedang seelah mendapat izin dari ayah maratuanya, yang kini menjadi Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
Setelah Kyai Ustman dan Kyai Sa’id, yang meneruskan kepemimpinan pondok pesantren adalah Chasbulloh putra Kyai Sa’id sedangkan Pondok Kyai Ustman dikarenakan beliau tidak mempunya putra sebagai penerus. Oleh sebab itu seluruh santri diboyong ke pondok barat dibawah asuhan Kyai. Chabulloh. Dalam mengembangkan Pondok Pesantren Kyai. Chabulloh ditemani seorang istri yang begitu sangat setia yaitu Nyai Latifah (asalnya A’isah) yang berasal dari desa Tawangsaari Sepanjang Sidoarjo. Pernikahan antara Kyai. Chabulloh dan Nyai Latifah dikaru
niaiputra-putri antara lain :
1.      Kyai Abdul Wahab yang berputra K.Wahib, Khodijah, K. Najib Adib, Jammiyyah, mu’tamaroh, Muniroh, Mahfudloh, Hisbiyah, Munjidah, Hasib dan Rokib.
2.      Kyai Abdul Hamid yang berputra K. Abdullah, K. Moh. Sholeh, K. Abdul malik, K. M. Yahya dan Hamidah.
3.      Nyai Khodijah, (nyai Bisry) berputra Achmad, Sholikhah, Musyarofah, Abdul Aziz, M. Shokhib.
4.      Kyai Abdurrahim berputra K. Ach. Al Fatich, Bariroh, K. Ach. Nasrullah, K. Amanullah, K. Khusnullah.
5.      Nyai Fatimah berputra Abdul Fattah, Mufattimah, Abdul Majid
6.      Sholihah tidak berputra
7.      Zuhriyah tidak berputra
8.      Aminaturrokhiyah tidak berputra
Tahun 1920 adalah dimana kyai Chasbulloh dipanggil ke hadapan sang kholiq (wafat) kemudian pimpinan pondok pesantren diteruskan oleh putra-putranya yaitu Kyai Abdul Wahab, Kyai Abdul Hamid, dan Kyai Abdurrohim.
Nama Bahrul Ulum itu tidak muncul saat KH. Abdus Salam mengasuh pesantren tersebut. Nama itu justru berasal dari K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Ia memberikan nama resmi pesantren
pada tahun 1967. Beberapa tahun kemudian pendiri N.U ini pulang ke rahmatullah pada tanggal 29 Desember 1971. Mulai tahun 1987 kepemimpinan pondok pesantren dipegang secara kolektif oleh Dewan Pengasuh yang diketuai oleh K.H. M. Sholeh Abdul Hamid. Mereka juga mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang diketuai oleh KH. Ahmad Fatih Abd. Rohim.Para kiai yang mengasuh PP Bahrul Ulum itu diantaranya, KH. M. Sholeh Abdul Hamid, K.H. Amanullah, K.H. Hasib Abd. Wahab, Dibawah kepemimpinan K H. M. Sholeh, PPBU mengalami perkembangan sangat pesat hingga muncul berbagai macam ribat atau komplek diataranya yaitu
Induk Al-Muhajirin I, II, III dan IV, Al-Muhajin putri I, II, III dan IV, As-Sa’idi
yah putra I, II dan III, As-Sa’idiyah putri, Al-Muhibbin, Ar-Roudloh, Al-Ghozali putra dan putri, Al-Hikmah, Al-wahabiyah I dan II, Al-Fathimiyah, Al-Lathifiyah I, II dan III, An-Najiyah putra dan putrid, Assalma, Al Fattah, Al Asyari,Komplek Chasbullah, Al Maliki, Al Hamidiyah.
Setelah wafatnya  KH. M. Sholeh Abdul Hamid pada tahun 2006 majlis pengasuh diteruskan oleh KH. Amanullah Abdurrahim yang wafat pada tahun 2007 hinga pada saat ini yaitu tahun 2010 majelis pengasuh PPBU adalah KH. Hasib Abd. Wahab
Posted by
Sejarah MAN Tambakberas Jombang
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh36AUxtO0AHfiOTCX77LEuxDmTWFLG13LbflJYWRO5hIm5I56vuhVt9sa1VUcs8DNxjtV6T_Xzfc51qcIVFJUtVXAN3zWFkjNu0XyAfvHyO7lgBBXA-z9EXl9tQPR81jigU5U2UNOgXH0/s400/sejarah+man+1.jpg
Rintisan awal berdirinya MAN Tambakberas Jombang, telah dimulai sejak tahun 1954, dengan nama Madrasah Mu’alimin (Mu’allimat) Atas 4 tahun atau MMA yang didirikan oleh para Ulama dan diprakarsai oleh Al-Maghfurlah KH. Fatah Hasyim. Ciri khas utama MMA adalah merupakan lembaga pendidikan Pondok Pesantren dengan mengutamakan kajian kitab-kitab kuningnya dan berada di lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur.
Seiring dengan perhatian Orang Tua / Wali murid  dari tahun ke tahun semakin bertambah pesat, ini ditandai dengan semakin banyaknya siswa-siswi yang berdatangan dari berbagai penjuru Indonesia, pemikiran-pemikiran inovatif terus dilakukan. Untuk peningkatan mutu, dimunculkan gagasan menambah masa studi, dari 4 tahun menjadi 6 tahun, dan diberi nama Madrasah Mu’allimin Muallimat Atas 6 Tahun (MMA).
Seiring dengan kemajuan Madrasah dan tuntutan peningkatan mutu pendidikan nasional, maka pada tahun 1969 berdasarkan SK. Menag No. 23 Tanggal 4 Maret 1969, Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Atas di Negerikan dengan perubahan kelas 1, 2, 3 menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MTsAIN), dengan kepala sekolah Bapak Drs. H. Moh. Syamsul Huda As, SH., dan kelas 4, 5, 6 menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN), dengan kepala Al Maghfurlah KH. Al Fatich Abd. Rohim.
Pada tahun 1980, MAN memiliki 3 (tiga) program jurusan, yaitu: program Agama, IPA dan IPS.  Pada tahap berikutnya, muncul kebijakan baru dari Depag RI yang menghapus program Agama, maka MAN Tambakberas merespon perubahan itu dengan mengganti program baru, yaitu bahasa. Sampai sekarang ini MAN Tambakberas Jombang membuka program jurusan Bahasa, IPA (kelas Unggulan, Reguler, dan program ketrampilan)  dan IPS.
Dalam perkembangan berikutnya, agar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) benar-benar dapat melaksanakan*kurikulum Depag RI secara penuh dan  Madrasah Mu’allimin Mu’allimat atas (MMA) tetap berjalan sesuai ciri khas utama Pondok Pesantren, yaitu kurikulum yang lebih banyak memporsikan kajian kitab-kitab kuning, maka Madrasah ini dipisahkan menjadi MMP dan MTsAIN (setingkat SLTP) dan MMA dan MAAIN (setingkat SMA). Dengan adanya pemisahan ini maka MAN Tambakberas Jombang dapat lebih fokus dalam pembinaan dan menjadi semakin berkembang hingga saat ini.
Pada tahun 1980 terjadi alih tugas kepimpinan, Bapak KH. Ach. Al Fatich Ar. ditugaskan menjadi kepala MTsAIN dan Bapak Drs. KH. Moh. Syamsul Huda As. SH menjadi kepala Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) yang sekarang menjadi MAN (Madrasah Aliyah Negeri).
Pada tahun 1980, MAN memiliki 3 (tiga) program jurusan, yaitu: program Agama, IPA dan IPS.  Pada tahap berikutnya, muncul kebijakan baru dari Depag RI yang menghapus program Agama, maka MAN Tambakberas merespon perubahan itu dengan mengganti program baru, yaitu bahasa. Sampai dengan sekarang ini MAN Tambakberas Jombang memiliki program jurusan: Bahasa, IPA (kelas Unggulan, Reguler, dan program ketrampilan)  dan IPS.
Hingga saat ini MAN Tambakberas telah melalui 5 periode kepemimpinan, beliau adalah:
1.    Bapak KH Ach. Alfatich AR. (Alm)
2.    Bapak Drs. KH  Moh. Syamsul Huda AS, SH, M.Hi.
3.    Bapak Drs. H. Abd. Madjid.
4.    Bapak Drs. H. Moh. Azam, M.Sc.
5.    Bapak Drs. H. Ahsan Sutari, M.Pd.

Pariwisata di Jombang

Kabupaten Jombang memiliki berbagai keindahan alam dan potensi pariwisata lain yang menarik. Sangat disayangkan, potensi tersebut pada umumnya belum digali, dan tidak memiliki pendukung sarana dan prasarana yang memadai untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Jombang, sehingga menunggu adanya investasi untuk menggarapnya. Hal ini sangat penting dan menguntungkan, mengingat posisi Kabupaten Jombang yang bersebelahan dengan daerah tujuan wisata alam Malang di tenggara dan Pacet-Trawas-Tretes di timur; serta wisata historis (situs Majapahit) Trowulan. Di Jombang memiliki beberapa tempat pariwisata yang menarik, selain itu terdapat wisata buatan salah satunya yaitu Tirta Wisata yang terletak di wilayah Kecamatan Peterongan.[1]

Daftar isi

 [sembunyikan

Wisata buatan

  • Tirta Wisata
    Tempat wisata lokal yang terdapat balekambang, kolam pancing, kolam renang dan lapangan tenis. Tempat ini sering diselenggarakan berbagai konser, baik artis regional hingga artis ibukota. Terletak di tepi jalan raya Jombang-Surabaya, Desa Keplaksari, Kecamatan Peterongan.

Wisata alam

Sungai Kedung Cinet di Ploso, Jombang (1927)
  • Wanawisata Sumberboto
    Merupakan wahana wisata binaan dari Perhutani yang banyak dikunjungi wisatawan lokal. Suasana dingin dan asri penuh dengan pepohonan, terdapat pula kolam renang air hangat. Terletak di Desa Grobogan, Kecamatan Mojowarno. Biasanya ditempat ini dijadikan sebagai tempat perkemahan.
  • Wisata Agro Perkebunan Panglungan
    Kawasan perkebunan dengan topografi pegunungan yang berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam ini berfungsi sebagai daerah resapan air dan kawasan konservasi lahan. Saat ini Panglungan tengah dikembangkan sebagai agrowisata dengan tanaman utama kakao, cengkeh, melinjo, dan kopi.
  • Air Terjun Tretes
    Merupakan air terjun dengan ketinggian 158 meter, dan terletak di ketinggian 1250 meter di atas permukaan air laut. Terletak di Dusun Tretes, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam.
  • Goa Sigolo-golo
    Terletak di Dusun Kranten, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam. Merupakan Goa di wilayah Jombang yang menyuguhkan pemandangan alam yang indah.
  • Kedung Cinet
    Merupakan wisata alami pegunungan yang sangat mempesona. Aliran sungai yang jernih dan menawan dilintasi oleh "jembatan goyang". Terdapat di Desa Klitih, Kecamatan Plandaan.
  • Sendang Made
    Terletak di Desa Made, Kecamatan Kudu. Di kawasan ini terdapat peninggalan sejarah petilasan Raja Airlangga. Selain Sendang Made di sekitarnya terdapat sendang-sendang lain yang lebih kecil, Diantaranya Sendang Payung, Sendang Padusan, Sendang Drajat, Sendang Sinden dan Sendang Omben.

Wisata minat khusus

  • Candi Ngrimbi
    Candi ini dulunya merupakan pintu gerbang sebelah selatan Kerajaan Majapahit. Terletak di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng. Letaknya sangat strategis karena berada di tepi jalan utama Mojoagung-Wonosalam.
  • Makam K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Wachid Hasyim
    K.H. Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Ponpes Tebuireng (Jombang), salah satu pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Puteranya, K.H. Wachid Hasyim adalah Menteri Agama RI pertama. Dua makam pahlawan nasional ini terletak di kompleks Ponpes Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek.
  • Makam Sayid Sulaiman
    Sayid Sulaiman merupakan salah satu penyebar Islam di kawasan Jombang pada era pasca runtuhnya Majapahit. Pada malam Jumat Legi, makam ini banyak dikunjungi peziarah. Terletak di Desa Betek, Kecamatan Mojoagung.
  • Makam Gunung Kuncung
    Terletak di lereng gunung, di Desa Wonorejo, Kecamatan Wonosalam; yakni di perbatasan dengan Kabupaten Kediri.
  • Makam Pangeran Benowo
    Makam ini terletak di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam.
  • Makam Gus Dur
    Merupakan makam mantan dari presiden Indonesia di kompleks Ponpes Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek. Tempat ini dijadikan tempat ziarah yang selalu ramai dikunjungi.

Wisata religius

  • Pondok Pesantren
    Jombang telah lama terkenal dengan julukan kota santri. Lima ponpes terbesar di Kabupaten Jombang adalah Ponpes Tebuireng di Cukir (Kecamatan Diwek), Ponpes Darul Ulum di Rejoso (Kecamatan Peterongan), Ponpes Bahrul Ulum di Tambakberas (Kecamatan Jombang)Ponpes Mambaul Maarif di Denanyar (Kecamatan Jombang) dan Ponpes Luhur Nurhasan di Gadingmangu Kecamatan Perak.
  • Pengajian Padang Mbulan
    Merupakan pengajian rutin yang digelar pada setiap malam bulan purnama. Pengajian ini dirintis oleh budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Diadakan di halaman depan asal rumah Cak Nun di Desa Menturo, Kecamatan Sumobito.
  • Kelenteng Hong San Kiong
    Terletak di desa Gudo, Jombang. Selain dikenal sebagai tempat ibadah Tridarma (Agama Taoisme, Budha, dan Konghucu) juga sebagai tempat berobat. Menariknya yang datang untuk berobat juga banyak yang dari kalangan pribumi. Setiap menjelang Tahun Baru Imlek, kelenteng ini mengadakan acara hajatan yang cukup meriah, seperti Wayang Potehi maupun Pagelaran Barongsay.
  • Gereja Mojowarno
    Gereja Mojowarno merupakan gereja tertua di kawasan, serta dulunya pernah menjadi pusat salah satu aliran Kristen Protestan pada zaman Belanda. Setiap setahun sekali, gereja ini mengadakan upacara kebetan dan unduh-unduh, yang sarat akan kultur lokal.

Kerajinan tangan

  • Wisata Kerajinan Manik-manik Kaca
    Lokasi kerajinan dengan skala industri kecil ini terletak di Desa Plumbon-Gambang Kecamatan Gudo. Di sini para pengrajin menyulap kaca-kaca bekas menjadi aneka kerajinan manik-manik yang sangat mengagumkan. Kerajinan ini telah merambah pasar ekspor (Asia dan Eropa), serta menjadi salah satu produk yang banyak dijumpai di Pasar Seni Bali.
  • Wisata Kerajinan Cor Kuningan
    Lokasi kerajinan cor kuningan ini terletak di Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung. Produk-produk kuningan seperti patung suvenir ini juga telah merambah ke pasar ekspor.

Oleh-oleh/Makanan khas

  • Nasi pecel
    Untuk mendapatkan makanan khas Jombang, tidaklah sulit. Pemerintah Jombang tengah menggodok dan memunculkan banyak potensi daerahnya. Salah satu makanan khas Jombang yang sangat disukai adalah Sego Pecel. Makanan ini disukai oleh berbagai lapisan masyarakat Jombang. Dan semua masyarakat Jombang sangat menikmati Nasi Pecel ini sebagai sarapan di pagi hari. Selain harganya murah, Sego Pecel juga mudah diperoleh di warung-warung, kedai, pasar, dan di restauran. Sego Pecel khas Jombang yang terkenal adalah Sego Pecel Mbok Rodh. Banyak di antara para wisatawan selalu menyempatkan diri untuk mencicipi masakan khas Jombang tersebut. Selain itu ada juga oleh-oleh khas Jombang yang bisa dibawa pulang seperti Jenang Kelapa Muda, Krupuk Tempe, Sambel Pecel bungkus Instant, Peyek Bayam, dll.
  • Soto Dokk
  • Batik Jomban Referensi ^ "Tirta Wisata Jombang". Wisatanesia.com. 1 Mei 2010. Diakses pada 24 Juli 2011.

TAUKID (التَّوْكِيْد)
Taukid adalah pelengkap atau penguat lafadz yang di ikutinya dan berfungsi untuk menghindari salah sangka. Taukid harus mengikuti mu’akkad nya (lafadz yang ditaukidi) dalam hal I’robnya dan ma’rifatnya, tidak dalam hal nakiroh, sebab lafadz-lafadz yang ditaukidi semuanya adalah ma’rifat. Taukid ada dua, yaitu :
1.    Taukid lafdzi (توكيد لفظى)
Adalah taukid dengan cara mengulang lafadznya kalimah yang di taukidi dengan lafadz itu sendiri atau dengan lafadz lain yang memiliki arti yang sama.
Taukid lafdzi bisa berada pada isim, fi’il maupun huruf.

Contoh        :  جَاءَ عَلِىٌّ عَلِىٌّ – قاَمَ قاَمَ زَيْدٌ – جَلَسَ قَعَدَ فَرِيْدٌ – لاَلاَاَضْرِبُ

2.    Taukid ma’nawi (توكيد معنوى)
Adalah taukid yang bertujuan untuk memperkuat isim yang ditaukidi bahwa makna dari isim yang ditaukidi itu menurut lahirnya lafadz, bukan yang lain-lain.
Lafadznya taukid yang masyhur itu ada empat yaitu :  نَفْسٌ – عَيْنٌ – كُلٌّ - اَجْمَعُ
Contoh        :  قَرَأْتُ هٰذاَ اْلقُرْاٰنَ كُلَّهُ – جاَءَ فَرِيْدٌ نَفْسُهُ
Apabila yang di taukidi dengan  نَفْسٌ dan  عَيْنٌ itu berbentuk isim tasniyyah atau jama’. maka keduanya harus di jama’kan mengikuti wazan اَفْعُلُ
Contoh        :  حَضَرَ سَعِيْداَنِ اَنْفُسُهُماَ – قَعَدَ الزَّيْدُوْنَ اَنْفُسُهُمْ
BADAL (البَدْل)
Badal adalah lafadz yang mengikuti yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari lafadz sebelumnya tanpa menggunakan perantara. Badal harus mengikuti mubdal minhu /مبدل منه  dalam segi I’robnya.
Badal ada empat, yaitu :
1.    Badal kul min kul ( بدل كل من كل). Yaitu badal merupakan mubdal minhu /مبدل منه (badal dan mubdal min-hu adalah satu kesatuan yang utuh).
Contoh        :  حَضَرَ عُمَرُاُسْتاَذُكَ
2.    Badal ba’ad al min kul (بدل بعض من كل). Yaitu, badal merupakan bagian dari pada mubdal min-hu.
Contoh        :  اَكَلْتُ الرَّغِيْفَ نِصْفَهُ
3.    Badal isytimal (بدل اشتمال). Yaitu, badal termasuk sesuatu yang dikandung mubdal min-hu (yang ada dalam mubdal min-hu).
Contoh        :  نَفَعَنِى سَعِيْدٌ عِلْمُهُ
4.    Badal gholat (بدل غلط). Yaitu, badal yang berfungsi untuk meralat kesalahan lisan (salah ucap).
Contoh        :  جاَءَ زَيْدٌ الفَرَسُ




ISIM ISIM YANG DI BACA NASHOB (مَنْصُوْباَتِ اْلأَسْماَء)
No
Isim manshub
Seperti lafadz
Contoh
1
Maf’ul bih
باَباً
فَتَحْتُ باَباً
2
Masdar
قِياَماً
قاَمَ فَرِيْدٌ قِياَماً
3
Dhorof zaman
اْليَوْمَ
صُمْتُ اْليَوْمَ
4
Dhorof makan
اَماَمَ
قُمْتُ اَماَمَ اْلفَصْلِ
5
Hal
ماَشِياً
حَضَرَ فَرِيْدٌ ماَشِياً
6
Tamyiz
كِتاَباً
عِنْدِى عِشْرُوْنَ كِتاَباً
7
Istisna’
مُحَمَّداً  
قاَمَ الطُّلاَّبُ اِلاَّ مُحَمَّداً  
8
Isimnya لا yang beramal seperti إنّ
رَجُلَ
لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ
9
Munada mudlof
رَسُوْلَ
ياَ رَسُوْلَ اللهِ
10
khobarnya   كان
عاَلِمًا
كَانَ سَعِيْدٌ عاَلِمًا
11
isimnya   إنّ
اَخاَكَ
اِنَّ اَخاَكَ سَعِيْدٌ
12
Maf’ulnya ظنّ
زَيْداً عَالِماً
ظَنـَنْتُ زَيْداً عَالِماً
13
Maf’ul min ajlih
اِكْرَاماً
قاَمَ عُمَرُ اِكْرَاماً لِمُحَمَّدٍ   
14
Maf’ul ma’ah
طُلُوْعَ
اَذْهَبُ اِلى اْلمَدْرَسَةِ وَ طُلُوْعَ الشَّمْسِ
15
Tawabi’ a). Na’at
جَمِيْلَةً
رَاَيْـتُ تِلْمِيْذَةً جَمِيْلَةً
              b). Athof
فاَطِمَةَ
نَصَرْتُ عاَئِشَةَ ثُمَّ فاَطِمَةَ
              c). Taukid
نَفْسَ
اَكْرَمْتُ الفاَطِمَةَ نَفْسَهَا
              d). Badal
نِصْفَ
قَرَأْتُ اْلقُرْاٰنَ نِصْفَهُ

MAFUL BIH (المَفْعُوْل به)
Maf’ul bih (obyek) adalah isim yang dibaca nashob yang menjadi sasaran perbuatan fa’il (subyek). Maf’ul bih ada dua
1.    Isim dhohir. Contoh :  فَتَحْتُ باَباً – نَصَرَ عَلِىٌّ سَعِيْدًا
2.    Isim dlomir. Contoh :  عَلَّمَنِى خاَلِدٌ – زَيْدٌ نَصَرْتُهُ – اِيَّاكَ نَعْبُدُ
MASDAR (مَصْدَر)
Masdar atau maf’ul mutlaq yaitu isim yang dibaca nashob yang terletak pada urutan ketiga dalam tsrifnya fi’il. Masdar ada dua :
1.    Masdar lafdzi yaitu bila masdar sesuai atau serupa dengan fi’ilnya dalam segi lafadz dan maknanya.
Contoh        : قاَمَ فَرِيْدٌ قِياَماً – نَصَرْتُ عَلِيًّا نَصْرًا
2.    Masdar ma’nawi yaitu bila masdar serupa dengan fi’ilnya hanya dalam segi makna bukan lafadznya.
Contoh        :  جَلَسَ زَيْدٌ قُعُوْدًا – قُمْتُ وُقُوْفًا

Sedangkan fungsi masdar ada tiga :
1.    Menguatkan makna amilnya. Contoh            :  ضَرَبْتُ ضَرْباً
2.    Menerangkan macam amilnya. Contoh         :  ضَرَبْتُ ضَرْبَ اْلأَمِيْرِ
3.    Menerangkan bilangan makna amilnya. Contoh:  ضَرَبْتُ ضَرْبَيْنِ
DHOROF (الظَّرْف)
Dhorof ialah kalimat isim yang di baca nashob yang menunjukkan arti waktu atau tempat dengan mengira-ngirakan maknanya فِى. Dhorof ada dua, yaitu:
1.    DHOROF ZAMAN (ظرف زمان)
Dhorof zaman ialah kalimat isim yang dibaca nashob yang menunjukkan arti masa (zaman/waktu) dengan mengira-ngirakan maknanya فِى .
Contoh        : صُمْتُ اْليَوْمَ – تَعَلَّمْتُ اللَّيْلَةَ

2.    DHOROF MAKAN (ظرف مكان)
Dhorof makan ialah kalimat isim yang dibaca nashob yang menujukkan arti tempat dengan mengira-ngirakan maknanya فِى .
Contoh        :  قُمْتُ اَماَمَ اْلفَصْلِ - جَلَسْتُ خَلْفَ زَيْدٍ

HAL (الحَال)
Hal adalah isim yang dibaca nashob yang menjelaskan keadaan dan tingkah laku fa’il atau maf’ul bih ketika terjadinya suatu pekerjaan. Syarat hal ada tiga;
1.    Berupa isim nakiroh
2.    Jatuh setelah kalam ‘tam’ (sempurna)
3.    Shohibul hal berupa isim ma’rifat
Contoh :  حَضَرَ فَرِيْدٌ ماَشِياً – اَكَلْتُ الثَّمْرَةَ ناَضِجَةً
TAMYIZ (التَّمْيِيْز)
Tamyiz ialah isim nakiroh yang dibaca nashob yang menjelaskan dzat (benda) atau nisbat (jumlah) yang belum jelas. Tamyiz ada dua :
1.    Tamyiz dzat atau mufrod. Yaitu, tamyiz yang menjelaskan kesamaran dzat. Tamyiz dzat ada empat :
a.    Tamyiz ‘adad / تمييز عدد  (menjelaskan bilangan).
Contoh   : عِنْدِى عِشْرُوْنَ كِتاَباً – اِشْتَرَيْتُ اَرْبَعاً قَلَماً
b.    Tamyiz makiil (menjelaskan sesuatu yang ditakar).
Contoh   : عِنْدِى صَاعٌ اَرُزاً – بِعْتُ مَكِيْلَةً قَمْحًا 
c.    Tamyiz mauzun / تمييز موزون  (menjelaskan sesuatu yang ditimbang).
Contoh   : اِشْتَرَيْتُ اَلْفَ رِطْلٍ سَجاً – بِعْتُ قِنْطاَرًا سَمْنًا
d.    Tamyiz mamsukh / تمييز ممسوح  (menjelaskan sesuatu yang diukur).
Contoh   : اِشْتَرَيْتُ هِكْتَرَيْنِ عَقاَرًا – اَمْشِى مَيْلاً مَسَافَةً

2.    Tamyiz nisbat atau jumlah. Yaitu, tamyiz yang menjelaskan kesamaran nisbat dalam jumlah. Tamyiz nisbat ada dua :
A.  Mukhawwal / محوّل (pindahan dari sesuatu/perkara lain).
Seperti :
1.    Pindahan dari maf’ul bih.
Contoh           :عَرَسْتُ اْلأَرْضَ شَجَرًا   asalnya  عَرَسْتُ شَجَرُ اْلأَرْضِ
2.    Pindahan dari fa’il.
Contoh           : تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقاً  asalnya تَصَبَّبَ عَرَقُ زَيْدٍ
3.    Pindahan dari mubtada’.
Contoh           : اَنْتَ اَعْلى مَنْزِلاً  asalnya مَنْزِلُكَ اَعْلى

B.   Tamyiz ghoiru mukhawwal (bukan pindahan).yaitu di susun sejak permulaan menjadi tamyiz bukan perpindahan dari yang lain.
Contoh   : اِمْتَلَأَ اْلإناَءُ ماَءً
AL ISTISNA’ (الإسْتِثْناَء)
Istisna’ ialah mengeluarkan atau mengecualikan sesuatu lafadz dari hukum kalam sebelumnya dengan menggunakan huruf istisna’. Adapun huruf istisna’ ada delapan. Yaitu :
اِلاَّ – غَيْرُ – سَوًى – سُوًى – سَوآءٌ – خَلاَ – عَداَ - حاَشَ
Berikut adalah unsur-unsur istisna’ :
1.    Mustasna / مستثنى. Yaitu, lafadz yang dikecualikan dari kalam yang sebelumnya(lafadz yang jatuh setelah huruf istisna).
2.    Mustasna minhu / مستثنى منه. Yaitu, lafadz yang jatuh sebelum huruf istisna
3.    Kalam tam / كلام تام. Yaitu, kalam yang menyebutkan mustasna dan mustasna minhu.
4.    Kalam naqis / كلام ناقص. Yaitu, kalam yang tidak menyebutkan mustsna minhu (hanya menyebutkan mustasna saja).
5.    Kalam mujab / كلام مجاب. Yaitu, kalam yang tidak didahului oleh nafi atau syibhu nafi (istifham dan nahi).
6.    Kalam manfi / كلام منفى. Yaitu, kalam yang didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
7.    Istisna’ muttasil / استثناء متصل. Yaitu, susunan istisna’ yang mustasnanya sejenis dengan mustasna min-hu.
8.    Istisna’ munfashil atau munqoti’ / استثناء منفصل - منقطع. Yaitu, susunan istisna’ yang mustasnanya tidak sejenis dengan mustasna min-hu.




Hukum mustasna
A. Jika mustasna jatuh setelah huruf istisna’  إلاّ
maka wajib dibaca nashob bila berada pada kalam tam mujab.
Contoh        :  حَضَرَ التَّلاَمِيْذُ اِلاَّ خَلِيْلاً – قاَمَ الطُّلاَّبُ اِلاَّ مُحَمَّداً  
Sedangkan jika berada pada kalam tam manfi, maka boleh menjadi badal dan boleh dibaca nashob menjadi mustasna.
Contoh        : ماَحَضَرَ اْلأَساَتِيْذُ اِلاَّ مُحَمَّداً / مُحَمَّدٌ – ماَ جَلَسَ اْلأَئِمَّةُ اِلاَّ عُمَرُ / بَكْرًا
Jika mustasna berada pada kalam naqis, maka mustasna di i’robi menurut amil sebelumnya.
Contoh        :  مَا قَامَ إِلاَّ زَيــْـدٌ   -   مَا ضَرَبــْتُ اِلاَّ زَيــْدًا   -   مَا مَرَرْتُ اِلاَّ ِبزَيــْدٍ
B. Mustasna yang menggunakan adat / huruf istisna’ سِوًى غَيْرُ , سُوًى  dan   سَواَءٌ itu hukumnya harus dibaca jer sebagai mudlof ileh.
Contoh        : ماَ قاَمَ غَيْرُ زَيْدٍ       tidak berdiri, kecuali zaid
                     مَاقاَمَ التَّلاَمِيْذُ سِوَى زَيْدٍ semua siswa tidak berdiri, kecuali zaid
                          قاَمَ التَّلاَمِيْذُ سُوَى زَيْدٍ           semua siswa berdiri, kecuali zaid
                          قاَمَ التَّلاَمِيْذُ سَوَاءُ زَيْدٍ           semua siswa berdiri, kecuali zaid

C. Mustasna yang menggunakan adat / huruf istisna’ خَلاَ – عَداَ dan   حاَشَا itu hukumnya ada dua, yaitu :
a.  Di baca nashob. Jika mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa tiga lafadz tersebut adalah fi’il (fa’ilnya mustatir)
     Contoh   :  جَاءَ اْلَقَوْمُ خَلاَ زَيْدًا / عَداَ زَيْدًا / حَاشَا زَيْدًا
b.  di baca jar. Jika mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa tiga lafadz tersebut adalah huruf jar.
Contoh   :  جَاءَ اْلَقَوْمُ خَلاَ زَيْدٍ / عَداَ زَيْدٍ / حَاشَا زَيْدٍ
LA (لا)
La yang di maksud di sini adalah La allati li an-nafyi al-jinsi / لا التى لنفي الجنس itu beramal sebagaimana إنَّ. Yaitu menashobkan mubtada’ menjadi isimnya dan merofa’kan khobar sebagai khobarnya.
لا bisa beramal menashobkan isim tanpa tanwin, dengan syarat :
1.    Isimnya berbentuk isim nakiroh
2.    Isimnya bertemu langsung dengan لا
3.    لا tidak diulang
Contoh        : لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ       

Jika isimnya لا berupa isim ma’rifat maka harus di baca rofa’ sebagai mubtada’. Dan لا tidak dapat beramal.
Contoh        : لَا مُحَمَّدٌ فِى اْلمَدْرَسَةِ      
      
Jika لا tidak mubasyaroh (bertemu langsung) dengan isimnya, maka isimnya wajib dibaca Rofa’ (menjadi mubtada’) dan wajib untuk mengulang لا. Di sini لا tidak dapat beramal.                              
Contoh        : لاَ فِى الدَّارِ رَجُلٌ وَلاَ اِمْرَأَةٌ          

Dan apabila لا bertemu langsung dengan isimnya, serta لا di ulang ulang. Maka لا boleh beramal dan boleh untuk di ilgho’kan (tidak beramal).
Contoh        : لاَ رَجُلٌ فِى الدَّارِ وَلاَ اِمْرَأَةٌ   ( لا tidak beramal)       
                     لاَ رَجُلَ فِى الدَّارِ وَلاَ اِمْرَأَةَ   ( لا beramal)




      
Isimnya لا itu ada dua macam :
1.    Mufrod (tidak berbentuk mudlof atau sibhu al mudlof[1]). Hukumnya dimabnikan sesuai harakat ketika nashob.
Contoh        :  -  لاَ رِجَالَ فِى اْلبَيْتِ - لاَ غُلاَمَ فِى اْلمَدْرَسَةِ لاَ مُتَعَاوِنَيْنِ ضُعَفآءُ   لاَ جَاهِلاَتٍ نَافِعَاتٌ لِلْوَطَنِ -
2.    Ghoirul mufrod (berbentuk mudlof atau sibhu al mudlof). Hukumnya di I’robi nashob.
Contoh        :  لاَ شَجَرَةَ تُفَّاحٍ مُثْمِرَةٌ – لاَ لاَعِبًا بِالْكُرَّةِ ضَعِيْفٌ                       
NIDA’ (النِّداَء)
Munada atau nida’ ialah panggilan dengan memakai huruf-huruf nida’. Yaitu :
ا- dan اَيْ (bila yang dipanggil dekat).
اَياَ- dan هَياَ (bila yang dipanggil jauh).
ياَ- dapat digunakan dekat maupun jauh.
واَ- untuk minta tolong atau merasakan sakit.
Munada (isim yang dipanggil) itu ada lima macam. Yaitu :
1.    Mufrod alam (isim alam yang tidak mudlof atau sibhu al mudlof)
2.    Mufrod nakiroh maksudah (isim nakiroh yang telah ditentukan)
3.    Mufrod nakiroh ghoiru maksudah (isim nakiroh yang tidak ditentukan)
4.    Mudlof (munada yang berbentuk isim mudlof, baik isim alam maupun isim nakiroh)
5.    Sibhu al mudlof (munada yang maknanya disempurnakan oleh isim yang berada di belakangnya)
Hukum munada lima macam di atas terbagi menjadi dua :
1.    Dimabnikan menurut alamat Rofa’nya dengan tanpa tanwin. Yaitu munada mufrod alam dan mufrod nakiroh maksudah.
-       mufrod alam. Contoh       :  ياَ زَيْدُ - اَياَ فَرِيْداَنِ - هَياَ فاَطِمَةُ
-       mufrod nakiroh maksudah. Contoh          : ياَ رَجُلُ – هَياَ طَالِبُوْنَ – ياَ بِنْتُ
2.    Di nashobkan. Yaitu munada mufrod nakiroh ghoiru maksudah dan munada mudlof serta munada sibhu al mudlof.
-       mufrod nakiroh ghoiru maksudah, Contoh : هَيَا رَجُلاً خُذْ بِيَدِى
-       mudlof, Contoh : ياَ اَهْلَ اْلقُبُوْرِ - ياَ رَسُوْلَ اللهِ
-       sibhu al mudlof, Contoh : ياَ فاَتِحاً االباَبَ - ياَ غاَفِلاً عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ
MAF’UL MIN AJLIH (مَفْعُوْل مِنْ أَجْلِه)
Maf’ul min ajlih ialah isim yang dibaca nashob yang disebutkan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu pekerjaan.
Contoh : قاَمَ عُمَرُ اِكْرَاماً لِمُحَمَّدٍ   (Umar berdiri untuk memulyakan muhammad)

MAF’UL MA’AH (مَفْعُوْل مَعَه)
Maf’ul ma’ah ialah isim yang dibaca nashob yang jatuh setelah wawu ma’iyyah / واو معيّة (wawu yang bermakna serta), yang disebutkan untuk menjelaskan bahwa terjadinya suatu pekerjaan adalah bersamaan dengan isim tersebut.
Contoh : اَذْهَبُ اِلى اْلمَدْرَسَةِ وَ طُلُوْعَ الشَّمْسِ (saya pergi ke sekolah bersamaan dengan terbitnya        matahri)

ISIM-ISIM YANG DIBACA JER (مَخْفُوْضاَةِ اْلأَسْماَء)
No
Isim manshub
Seperti lafadz
Contoh
1
Kemasukan huruf jer (majrur)
اْلبَيْتِ
رَجَعْتُ مِنَ اْلبَيْتِ
2
Mudlof- ilaih
حَدِيْدٍ
خاَتَمُ حَدِيْدٍ
3
Tawabi’ a). Na’at
جَمِيْلَةٍ
مَرَرْتُ بِتِلْمِيْذَةٍ جَمِيْلَةٍ
              b). Athof
فاَطِمَةِ
مَرَرْتُ بِعاَئِشَةَ ثُمَّ فاَطِمَةَ
              c). Taukid
نَفْسِ
مَرَرْتُ بِالْفاَطِمَةِ نَفْسِهَا
              d). Badal
اَخِيْ
مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ اَخِيْكَ
IDLOFAH (الإضافة)
Idlofah ialah persandaran dua kalimat isim atau lebih. Isim yang pertama disebut mudlof dan isim yang kedua disebut mudlof ilaihi.
Isim yang terletak setelah mudlof (mudlof ilaih), itu selamanya harus di baca jer. Dan idlofah itu mengandung artinya salah satu dari tiga huruf jar, yaitu :
1.    فِى    : apabila mudlof ilaih menjadi dhorof/waktunya mudlof.
  Contoh : تَرَبُّصُ اَرْبَعَةِ اَشْهُرٍ        menanti (di-dalam) empat bulan
2.    ل     : apabila mudlof ilaih menjadi pemiliknya mudlof.
  Contoh : كِتاَبُ زَيْدٍ         kitab (milik) zaid
3.    مِنْ    : apabila mudlof ilaih sejenis dengan mudlof.
  Contoh : خاَتَمُ حَدِيْدٍ        cincin (dari) besi
                                            










DAFTAR PUSTAKA
-       Abi abdillah Muhammad bin Muhammad, matan jurumiyyah, al hidayah, Surabaya
-       Sayyid ahmad zaini dahlan, syarkhu mukhtashor jiddan, al hidayah, Surabaya,
-       Abdullah ibnu al fadil al ‘asymawi, Hasyiyah al ‘asymawi, al Hidayah, Surabaya


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews